Jumat, 07 Oktober 2016

Trip To West Sumatera : 44 Kelok Menuju Rumah Buya Hamka

     Ini adalah destinasi terakhir kami selama ada di Sumatera Barat,kali ini saya akan mengunjungi rumah salah satu Tokoh Islam di Indonesia yang cukup terkenal,beliau adalah Prof. DR. H. Abdul Malik Karim Amrullah atau yang lebih dikenal dengan nama Buya Hamka.meskipun beliau telah tiada namun karya-karya beliau masih bisa dinikmati hingga kini.jalanan yang berkelok-kelok kami lalui untuk sampai kesana.

       Setelah mengunjungi sentra kerajinan khas Sumatera Barat,kami melanjutkan perjalanan menuju Kabupaten Agam.perjalanan ini dirancang ketika ayah saya berbincang dengan Uda Ed mengenai tokoh-tokoh terkenal yang berasal dari Sumatera Barat,hingga disebutlah kata Buya Hamka."rumah Buya Hamka di dekat danau maninjau pak,perjalanannya sekitar 1 jam dari sini,kalau mau besok kita kesana" ajak Uda Ed.

    Buya Hamka adalah salah satu tokoh favorit ayah saya,biasanya sih rekaman audio ceramah Buya Hamka selalu putar di dalam mobil yang ada di Balikpapan.selain sebagai pendakwah Buya Hamka juga dikenal sebagai penulis buku sastra,buku yang cukup terkenal dan akhirnya dibuatkan film oleh sinesas Indonesia diantaranya adalah Di Bawah Lindungan Ka'bah dan Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk. 

     Kami sudah mendekati Danau maninjau,mendekati Danau Maninjau artinya kami juga semakin mendekati jalan raya yang terkenal seantero Sumatera Barat yaitu kelok 44.kenapa dinamakan kelok 44 ? karena disini terdapat 44  tikungan.apabila berjalan menuju kearah Danau Maninjau jalanan akan menurun dan ketika ke arah jalan pulang jalanannya akan menanjak.

     Kelokan-kelokan ini memacu adrenalin karena kita harus berhati-hati selain kelokan yang cukup tajam,ada dua hal lain yang harus di perhatikan pada saat berkendara yaitu jurangnya karena jalanan yang menurun, cukup jarang pembatas jalan dan juga kendaraan dari arah berlawanan karena jalanan cukup sempit jadi harus berhat-hati apalagi ketika berada di kelokan.





       Meskipun kita harus melewati jalanan berkelok-kelok yang cukup memacu adrenalin tapi pemandangan yang disuguhkan oleh alam sangat luar biasa Indahnya. Danau Maninjau yang memiliki luas 132 Km2 dan juga daerah yang masih hijau membuat suasana perjalanan menyegarkan.ketika sampai dibawah pemandangan tetap menakjubkan,selain bisa melihat Danau Maninjau dari dekat,kita juga bisa menyaksikan persawahan yang dimiliki penduduk setempat.



 







      Terlalu fokus menyaksikan pemandangan indah yang kami saksikan sempat membuat kami lupa tujuan kami lainnya yaitu mencari rumah Buya Hamka,tanpa terasa kami sudah mendekati rumah beliau.sekarang rumah beliau ini sudah menjadi museum yang di beri nama Museum Rumah Kelahiran Buya Hamka,museum ini sebelumnya merupakan rumah yang di tempati oleh Buya Hamka mulai lahir hingga sebelum pindah ke Padang Panjang,di tahun 2000 atas inisitaif Gubernur saat itu,museum ini dibangun.

       Sesampainya disana ternyata bertepatan dengan waktunya sholat dzuhur,pantas saja ketika kami ingin mengunjungi rumah beliau suasananya sangat sepi,setelah menunggu beberapa sa'at ada seorang ibu menghampiri kami."mungkin yang jaga sedang ke musholla,mampir aja dulu ke rumah saya.kami ini masih kerabat Buya Hamka kok".akhirnya kami beristirahat sejenak sambil menunggu yang menjaga Museum Buya Hamka pulang dari musholla.

       Setelah menunggu lumayan lama,seorang bapak usia 60an datang menggunakan motor. "loh,ada tamu toh...ma'af ya kalau menunggu lama,soalnya kalau di hari biasa jarang ada yang mampir kesini,ayo silahkan...silahkan ikut saya..." bapak ini menyapa ramah kami dan mengajak kami untuk menuju ke rumah Buya Hamka.begitu kunci rumah dibuka " ya...inilah rumah Buya Hamka dimana tempat beliau lahir dan menghabiskan masa kecil beliau"

        Di dalam rumah itu terdapat berbagai macam peninggalan Buya Hamka mulai dari koleksi buku-buku yang beliau tulis,tongkat yang di pakai beliau semasa hidup,mesin tik untuk menulis semua ada disini.oh iya...karena mulai datang tadi kami belum sholat dzuhur maka kami meminta izin untuk melaksanakan sholat dzuhur,dan akhirnya dizinikan untuk melaksanakan sholat dzuhur di dalam rumah itu tepatnya di kamar tidur yang digunakan oleh Buya Hamka.

       Bukan hanya orang Indonesia saja,pengaggum karya-karya beliau dari negeri tetangga juga pernah datang kesini,maklum karya-karya beliau tidak hanya dikenal di dalam negeri saja,kami mendapatkan banyak sekali cerita mengenai perjalanan hidup beliau dan tanpa terasa sudah waktunya kami harus kembali ke Bukittinggi karena keesokan harinya harus kembali lagi ke Balikpapan.disini ayah saya membeli (lagi) beberapa buku Buya Hamka untuk melengkapi koleksi yang dimiliki ayah saya.




 









        Usai sudah perjalanan saya di Sumatera Barat,meskipun tidak semua tempat yang saya satangi namun Sumatera Barat membuat saya takjub akan keindahan alamnya.terimakasih Sumatera Barat,terimakasih Uda Ed sudah memberikan rekomendasi keren dan mengantar kami selama berpergian di Sumatera Barat.sampai bertemu kembali !  


TAMAT



 Baca Juga :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar